Carbon Capture Storage
(CCS)
Seberapa pentingkah pertanyaan tentang Carbon Capture Storage (CCS) untuk NKRI?
Pertanyaan yang diajukan oleh cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming sama sekali tidak fundamental, tidak substantif, dan tidak urgen.
Perhatikan uraian berikut:
Carbon Capture Storage
(CCS)
Carbon Capture Storage ini tergolong teknologi yang membutuhkan biaya yang sangat besar, membutuhkan transportasi yang panjang, dan tingkat resiko keberbahayaan yang tinggi, serta isu-isu yang berkaitan dengan keamanan penyimpanan CO2.(karbondioksida).
Kegagalan dari proyek CCS atau CCUS yang dihimpun oleh Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menunjukkan bahwa dari 13 proyek CCS/CCUS berskala besar di seluruh dunia hanya menghasilkan total 39 juta ton CO2 per tahun.
Angka ini hanya sekitar 1/10.000 dari total 36 miliar ton emisi yang dibuang ke atmosfer pada tahun 2021,
"IEEFA menunjukkan CCS/CCUS adalah teknologi yang sepanjang sejarahnya gagal mencapai tujuannya, atau gagal memenuhi ekspektasi,"
Berdasarkan kriteria riset capaian angka sekitar 1/10.000 dari total 36 miliar ton emisi yang dibuang ke atmosfer pada tahun 2021 dikategorikan gagal.
Lebih lanjut, IEEFA mengatakan bahwa History shows CCS projects have major financial and technological risks ( sejarah menunjukkan bahwa pcs membutuhkan finansial yang sangat besar dan memiliki risiko teknologi).
Tidak hanya itu artikel terbaru dari IEEFA 15 November 2023 memuat judul UK carbon capture policy falling short of net-zero goals and deepening fossil gas reliance
(Kebijakan penangkapan karbon Inggris tidak mencapai tujuan net-zero dan semakin memperparah ketergantungan pada gas fosil).
Berdasarkan hasil riset para ilmuwan Ilmu Pengetahuan Alam; Sehebat apapun teknologi Carbon Capture Storage (CCS) tetaplah tidak mampu mengungguli kehebatan reboisasi dan pembuatan taman kota di kota-kota.
Biaya yang dikeluarkan untuk reboisasi dan pembuatan taman kota adalah sangat murah dan setiap orang bisa melakukannya dimanapun dan kapan pun.
Berdasarkan ilmu biologi yang sudah diajarkan kepada para peserta didik mulai SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK sampai perguruan tinggi manfaat pohon yang sudah tumbuh adalah
1) Menghasilkan oksigen.
2) Menyerap karbondioksida.
3) Menyerap air hujan sehingga tidak terjadi tanah longsor dan banjir.
4) Menyimpan cadangan air di dalam akar sehingga bisa menjadi sumber mata air bersih dan bagi kelangsungan hidup ekosistem di bumi.
Berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi internasional “global warming” dan “climate change” penanganan yang paling fundamental dan paling urgen untuk mengatasi permasalahan “global warming” dan “climate change” adalah beralih dari bahan bakar fosil, tidak menggunakan mesin berbahan bakar batu bara, mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang menghasilkan karbon dioksida dan emisi kotor.
Karena disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca (seperti karbondioksida, metana, dinitro oksida, belerang dioksida, klorofluorokarbon, sulfur heksafluorida) akibat aktivitas manusia dan sedikit fenomena alam, maka kita juga bisa menanggulanginya dengan
1) Reboisasi
2) Membangun taman kota dengan beberapa pohon.
Berdasarkan data dan realitas tersebut harusnya Gibran Rakabuming menanyakan ke Profesor Mahfud dengan sebuah pertanyaan yang lebih penting, lebih fundamental, dan lebih urgen sebagai berikut:”Lebh baik manakah antara mengadakan carbon capture storage dibandingkan dengan reboisasi dan pembangunan taman kota?”
Ditulis oleh Ikhsan, S.Pd., M.Pd. pada Sabtu, 23 Desember 2023.
Dipublikasikan pertama kali di Whatsapp Minggu, 24 Desember 2023.
Dipublikasikan pertama kali di Blogger Selasa, 26 Desember 2023.
Pekerjaan Ikhsan, S.Pd., M.Pd. adalah
1. Pengajar tiga bahasa asing (Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Ibrani/Bahasa Hebrew/Bahasa Ibrani Taurat Injil).
2. Pengajar MIPA (Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi).
3. Pengajar supranatural dan paranormal.
4. Penyair Pinggir Kali.
5. Detektif internasional dan mantan relawan intelijen asing.